Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja suatu
organisasi. Hal ini dapat dipahami sebab komunikasi yang tidak baik mempunyai
dampak yang luas terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar pegawai,
dan sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerja
sama dan kepuasan kerja. Oleh karena itu hubungan komunikasi yang terbuka
harus diciptakan dalam organisasi. Pada dasarnya komunikasi di dalam organisasi, terbagi kepada tiga bentuk:
1.
Komunikasi
vertikal
Bentuk komunikasi ini merupakan
bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Artinya
komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan kepada
pimpinan secara timbal balik.
Fungsi komunikasi ke bawah
digunakan pimpinan untuk:
·
Melaksanakan
kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja
bawahan.
·
Menyampaikan
pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
·
Memberikan
informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksaan organisasi,
insentif.
Seorang pimpinan harus lebih
memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil
kebijaksanaan, terhadap bawahannya.
Keberhasilan organisasi dilandasi
oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa
kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi
yang dipimpinnya.
Fungsi komunikasi ke atas digunakan untuk:
a) Memberikan pengertian mengenai laporan
prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluhan.
b) Memperoleh informasi dari bawahan mengenai
kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah.
Bawahan tentulah berharap agar
ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat diterima dengan lapang
dada, dan hati terbuka oleh pimpinan.
2. Komunikasi
horizontal
Bentuk komunikasi secara
mendatar, diantara sesama pegawai dsbnya. Komunikasi horizontal sering kali
berlangsung tidak formal. Fungsi komunikasi horizontal/ke samping digunakan
oleh dua pihak yang mempunyai level yang sama. Komunikasi ini berlangsung
dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti telepon, atau melalui
pesan tertulis.
3. Komunikasi
diagonal
Bentuk komunikasi ini sering
disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain
dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur
struktur yang lain.
Fungsi komunikasi diagonal
digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi tidak mempunyai
wewenang langsung kepada pihak lain. Melalui jalur hierarkhi/tingkatan seorang
pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya secara baik,
sehingga dapat membangkitkan minat dan gairah kerja disertai komunikasi yang
baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam penerapannya komunikasi
dapat dilakukan secara formal dan informal. Umumnya komunikasi formal ada dalam
setiap organisasi dan dapat terjadi antar personal dalam organisasi melalui
jalur hirarkhi dengan prinsip pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Komunikasi formal merupakan suatu sistem dimana para anggotanya
bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi
formal pada dasarnya berhubungan dengan masalah kedinasan.
Komunikasi informal adalah
kebalikan dari komunikasi formal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat
dari adanya persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab.
Komunikasi informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan
tempat, kadang-kadang komunikasi informal lebih berhasil, dan peranannya tidak
kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk
kemajuan organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena pertumbuhan
dan penyebarannya tidak teratur. Kadang-kadang seorang pimpinan selalu
beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal merupakan suatu hal yang
janggal, yang merupakan akibat gagalnya komunikasi formal yang memunculkan
ketidak stabilan organisasi formal.
Bentuk komunikasi informal dapat
berupa pertemuan yang tidak direncanakan, seperti: bertemu dan ngobrol di
kantin pada jam makan siang, di resepsi, atau pertemuan lainnya. Komunikasi
informal ini mempunyai hal-hal yang positif, seperti:
·
Bila
jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan
terpaksa digunakan komunikasi informal.
·
Dalam
suasana konflik dan penuh ketegangan.
·
Sebagai
sarana komunikasi.
Dari kedua bentuk komunikasi
tersebut di atas, setiap pimpinan harus dapat menempatkan diri agar tidak
timbul perasaan suka atau tidak tidak suka. Pimpinan harus mencari dan
melaksanakan nilai-nilai positif dari hubungan-hubungan tersebut. Ukuran sukses
tidaknya seorang pimpinan terletak pada bagaimana pimpinan memadukan nilai
positif yang dihasilkan dari komunikasi formal dan informal.
Agar komunikasi antarpribadi yang
dilakukan menghasilkan hubungan antarpribadi yang efektif dan kerja sama bisa
ditingkatkan, kita perlu bersikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Kita
perlu juga memiliki sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong
timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas.
Hubungan antarpribadi perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki
hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga
pendidikan
No comments:
Post a Comment