Web Toolbar by Wibiya Data Stat: December 2011

Tuesday, December 27, 2011

Jenis-Jenis Teknik Sampling


a.      Sampling Peluang (Probabilistic Sampling)
Pada saat pemilihan satuan sampling melibatkan unsur peluang untuk terpilih.
§  Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
§  Sampling dengan Strafikasi (Stratified Random Sampling)
§  Sampling Sistematik (Systematic Sampling)
§  Klaster Sampling (Cluster Sampling)

b.     Sampling Non Peluang (Non Probabilistic Sampling)
Dalam proses pemilihan satuan sampling tidak melibatkan peluangnya. Pada sampling ini analisis statistika inferensial tidak dapat digunakan.
Beberapa sampling non peluang :
1.  Sampling Sukarela (Voluntary Sampling). Satuan sampling diperoleh secara sukarela, contohnya dibidang kedokteran.
2.  Sampling Seadanya (Accidental Sampling / Haphazard Sampling). Sampling ini satuan samplingnya diperoleh secara sembarangan, contohnya penelitian dibidang arkeologi.
3.  Purposive Sampling (Judgement Sampling / Expert Choice). Dalam sampling ini pemilihan satuan sampling dilakukan atas dasar pertimbangan pakar Contohnya : untuk menyusun Indeks Biaya Hidup terkait dengan biaya makan untuk sehari, biaya listrik bulanan, dll.
4.   Snowball Sampling. Untuk penelitian penyakit kelamin satuan samplingnya WTS. Jika ditemukan orang pertama menderita penyakit kelamin, kemudian ditanyakan nama yang lainnya.
5.  Quota Sampling. Tipe sampling ini banyak digunakan dalam marketing research dan dalam polling pendapat.

Sumber Buku :
  1. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi,1989. Metode Penelitian Survey.Lembaga Pemdidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
  2. Prijana, 2005. Metode Sampling Terapan untuk Penelitian Sosial. HUMANIORA. Bandung


Teori Dasar Teknik Sampling

Populasi adalah keseluruhan objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Dimana objek psikologis ini bisa konkret (contohnya orang) ataupun abstrak (contohnya sikap). Banyaknya objek populasi disebut ukuran populasi (dilambangkan dengan N). Ukuran populasi ada yang tidak terhingga (karena besarnya tidak dapat dihitung) dan terhingga (besarnya masih dapat dihitung). Sampling adalah proses memilih objek-objek psikologis dari sebuah populasi tertentu.
Keuntungan dari sampling :
1.      Mengurangi biaya.
2.      Lebih cepat karena waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dari sensus.
3.      Cakupan lebih luas
4.      Lebih akurat.
Langkah-langkah untuk survei adalah :
1.      Tentukan tujuan survei
2.      Tentukan populasi sasaran yaitu populasi yang nantinya akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian.
3.      Tentukan tingkat ketelitian yang diinginkan.
4.      Tentukan metode pengukuran yang akan digunakan.
5.      Buat kerangka sampling yaitu daftar satuan sampling yang ada dalam sebuah populasi. Satuan sampling yaitu segala sesuatu yang oleh peneliti akan dijadikan unit untuk menjadi objek pemilihan.
6.      Lakukan pemilihan sampel, besarnya ukuran sampel ditentukan juga oleh tingkat presisi yang diinginkan.
7.      Uji pendahuluan terhadap data  misalnya dengan uji validitas dan reabilitas.
8.      Ringkasan dan analisis data.


Sumber Buku :
  1. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi,1989. Metode Penelitian Survey.Lembaga Pemdidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
  2. Prijana, 2005. Metode Sampling Terapan untuk Penelitian Sosial. HUMANIORA. Bandung







Teori Analisis Statistik Korelasi (Metode Rank Spearman)


Asumsi yang harus dipenuhi adalah :
1.      Data terdiri dari n pasangan sampel acak hasil pengamatan dapat berupa data numerik atau non numerik.
2.      Setiap pasangan pengamatan menyatakan dua hasil pengukuran yang dilakukan terhadap objek atau individu yang sama.
Langkah Kerja :
1.      Susun data dari n pengamatan secara berpasangan berbentuk : (X1,Y1), , (X2,Y2),…,(Xn,Yn)
2.      Tentukan rank (peringkat) pengamatan X dan Y dari terbesar sampai terkecil
3.      Kalau terjadi nilai-nilai kembar baik diantara X maupun diantara Y, maka rank-rank dari nilai kembar itu menjadi sama dengan rata-rata dari nomor urutannya.
4.      Hitung           Sdi2 =S (R(Xi)-R(Yi))2
      dimana :        R(Xi) = rank pada X untuk data yang ke-i
         R(Yi) = rank pada Y untuk data ke-i  

5.      Kemudian hitung :









Untuk menguji signifansi koefisien korelasi tersebut maka langkah – langkah yang harus diambil adalah :
1.      Tetapkan Hipotesis statistiknya
Misal:
H0 :  Antara variabel X dan variabel Y saling bebas, tidak ada hubungan.
H1:   Antara variabel X dan variabel Y  tidak saling bebas, terdapat hubungan.










Setelah melalui pengujian hipotesis dan hasilnya signifikan, (Ho ditolak), maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan Kriteria Guilford (1956), yaitu :
1. kurang dari 0,20      : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan
2. 0,20 - < 0,40            : Hubungan yang kecil (tidak erat)
3. 0,40 - < 0,70            : Hubungan yang cukup erat
4. 0,70 - < 0,90           : Hubungan yang erat (reliabel)
5. 0,90 - < 1,00            : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)
6. 1,00                        : Hubungan yang sempurna

SUMBER :
W.J. Conover, Practical Nonparametric Statistics, John Wiley & Sons, New York, 1980
Guilford ,J.P.,  Psychometric Methods , Tata McGraw-Hill  Publishing Company Limited 1979.

Teknik Analisis Tabulasi Silang ( Cross Tab)


Data dikelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti. Teknik ini menggunakan statistik deskriptif (Sugiono, 2001: 143). Statistik Deskriptif dapat digunakan bila peneliti ingin mendeskripsikan data sampel. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data secara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Peneliti menggunakan statistika deskriptif  berupa perhitungan tabulasi silang.
Sedangkan pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Likert, Skala Likert menurut Azwar (2001) merupakan suatu skala yang digunakan untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial. sehingga baik untuk diterapkan pada penelitian ini.
Dengan penelitian ini, responden diminta untuk mengisi pertanyaan dan yang berbentuk mengungkapkan sesuatu. Data pada setiap jawaban responden digunakan teknis analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan dengan perhitungan persentasi, kemudian yang dianalisis hanyalah yang memiliki frekuensi terbesar. Data ditampilkan dengan penyajian tabular untuk kemudian diinterprestasi.
Dalam penelitian kuantitatif, analisi data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan varibel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2004: 142) sehingga akhirnya dapat disajikan suatu laporan penelitian (research report) dalam bentuk studi kasus yang terefleksi dalam tabulasi silang (cross tabs).

Teknik Analisis Statistik Deskriptif


Dalam menganalisis data hasi jawaban dari responden dilakukan kategorisasi terhadap skor jawaban yang dikupulkan melalui kuesioner penelitian dengan didukung teori-teori yang relevan dengan variable yang diteliti. Kategori skor jawaban responden berguna untuk memberikan gambaran bagaimana pengaruh Pelaksanaan Internal Audit Pemerintah  terhadap Peningkatan Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.
            Menurut Cooper (2006:476) untuk data ordinal atau data interval/ratio yang memiliki distribusi asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui distribusi rentang kuartil. Nilai minimum didistribusi adalah 0 dan nilai maksimum distribusi adalah persentil ke-100. Kuartil pertama sama dengan persentil ke-25, kuartil kedua (medium) sama dengan persentil ke-50, dan kuartil ketiga sama dengan persentil ke-75. Pada data diskrit yang berurutan, nilai kuartil I,II,III dapat ditentukan melalui perhitungan sebagai berikut :
·         Kuartil II (medium)         = (skor minimum + skor maksimum) : 2
·         Kuartil I                           = (skor minimum + median) : 2
·         Kuartil III                        = (median + skor maksimum) :2
·         Skor minimum                  = skor terendah x jumlah pertanyaan x jumlah responden
·         Skor maksimum               = skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden
Setelah nilai kuartil I, II, III diperoleh, selanjutnya data skor tanggapan responden  diklasifikasikan menurut rentang. Kemudian data yang masih berbentuk rentang kuantitatif tersebut diinterpretasikan ke dalam bentuk kualitatif, yaitu dengan menggunakan jenjang kategori :
  1. Kategori sangat rendah, artinya bahwa pengawasan / efektivitas pencapaian tujuan terlaksana dengan tidak optimal. Segala aspek-aspek yang menjadi syarat pengawasan belum terlaksana.
  2. Kategori rendah, artinya bahwa pengawasan / efektivitas pencapaian tujuan terlaksana dengan kurang optimal. Segala aspek-aspek yang menjadi syarat pengawasan belum sepenuhnya dilaksanakan.
  3. Kategori sedang, artinya bahwa pengawasan / efektivitas pencapaian tujuan terlaksana dengan cukup optimal. Segala aspek-aspek yang menjadi syarat pengawasan telah terlaksana, namun belum terlaksana dengan baik.
  4. Kategori tinggi, artinya pengawasan / efektivitas pencapaian tujuan terlaksana dengan optimal. Segala aspek-aspek yang menjadi syarat pengawasan telah terlaksana dengan baik, namun ada yang belum terlaksana secara optimal.
  5. Kategori sangat tinggi, artinya pengawasan / efektivitas pencapaian tujuan terlaksana dengan sangat optimal. Seluruh aspek-aspek yang menjadi syarat pengawasan telah terlaksana secara optimal. 

(Cooper ,2006:476)


Teori Reliabiliitas Ordinal (Metode Split Half)


Reliabilitas artinya memiliki sifat yang dapat dipercaya, adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. “Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama”. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relative konsisten, maka alat ukur tersebut reabel. Dengan kata lain reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1989 : 140).
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial.
Disamping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda (+) atau negative (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif.
Menurut Rakhmat, reliabilitas berarti memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila digunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama (Rakhmat, 1997:17)
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat konsistensi pengukuran dari suatu responden ke responden lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan perbedaan interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih atau sama dengan 0,700 (Robert M. Kaplan & Dennis Saccuzo, 1993 : 123).
Dalam penelitian ini untuk uji reliabilitas instrument menggunakan metode koefisien reliabilitas Person :





Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris, ditunjukan oleh suatu anggka yang disebut reliabilitas. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya, 0,7 (sugiyono, 2004 ;45)

Monday, December 26, 2011

Komunikasi Interpersonal Dalam Perkantoran

Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja suatu organisasi. Hal ini dapat dipahami sebab komunikasi yang tidak baik mempunyai dampak yang luas terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar pegawai, dan sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerja sama dan kepuasan kerja. Oleh karena itu hubungan komunikasi yang terbuka harus diciptakan dalam organisasi. Pada dasarnya komunikasi di dalam organisasi, terbagi kepada tiga bentuk:
1.                  Komunikasi vertikal
Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik.
Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk:
·            Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
·            Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
·            Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksaan organisasi, insentif.
Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap bawahannya.
Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
Fungsi komunikasi ke atas digunakan untuk:
a)      Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluhan.
b)      Memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah.
Bawahan tentulah berharap agar ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat diterima dengan lapang dada, dan hati terbuka oleh pimpinan.
2.         Komunikasi horizontal
Bentuk komunikasi secara mendatar, diantara sesama pegawai dsbnya. Komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal. Fungsi komunikasi horizontal/ke samping digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang sama. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti telepon, atau melalui pesan tertulis.
3.         Komunikasi diagonal
Bentuk komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur yang lain.
Fungsi komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain. Melalui jalur hierarkhi/tingkatan seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya secara baik, sehingga dapat membangkitkan minat dan gairah kerja disertai komunikasi yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam penerapannya komunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal. Umumnya komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi antar personal dalam organisasi melalui jalur hirarkhi dengan prinsip pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi formal merupakan suatu sistem dimana para anggotanya bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi formal pada dasarnya berhubungan dengan masalah kedinasan.
Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab. Komunikasi informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan tempat, kadang-kadang komunikasi informal lebih berhasil, dan peranannya tidak kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk kemajuan organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena pertumbuhan dan penyebarannya tidak teratur. Kadang-kadang seorang pimpinan selalu beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal merupakan suatu hal yang janggal, yang merupakan akibat gagalnya komunikasi formal yang memunculkan ketidak stabilan organisasi formal.
Bentuk komunikasi informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan, seperti: bertemu dan ngobrol di kantin pada jam makan siang, di resepsi, atau pertemuan lainnya. Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal yang positif, seperti:
·         Bila jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan terpaksa digunakan komunikasi informal.
·         Dalam suasana konflik dan penuh ketegangan.
·         Sebagai sarana komunikasi.
Dari kedua bentuk komunikasi tersebut di atas, setiap pimpinan harus dapat menempatkan diri agar tidak timbul perasaan suka atau tidak tidak suka. Pimpinan harus mencari dan melaksanakan nilai-nilai positif dari hubungan-hubungan tersebut. Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan terletak pada bagaimana pimpinan memadukan nilai positif yang dihasilkan dari komunikasi formal dan informal.
Agar komunikasi antarpribadi yang dilakukan menghasilkan hubungan antarpribadi yang efektif dan kerja sama bisa ditingkatkan, kita perlu bersikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Kita perlu juga memiliki sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan antarpribadi perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan

Faktor- faktor Iklim Komunikasi Organisasi


Pace dan Fales menemukan bahwa sedikitnya ada enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: (Pace & Faules, 2006, p.159-160)
1. Kepercayaan
Para anggota di setiap tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. Haney (1973) menemukan bahwa, “Makin tinggi kepercayaan, cenderung motivasi kinerja semakin tinggi. (Muhammad, 2004, p.174)
2. Pembuatan keputusan bersama
Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus di ajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijaksanaan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka dan diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka dengan tujuan agar mereka berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
3. Kejujuran
Suasana umum yang meliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, agar para pegawai mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan atau atasan.
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
“Komunikasi ke bawah adalah komunikasi yang berlangsung dari satuan organisasi yang lebih tinggi kepada satuan-satuan organisasi yang ada di bawahnya. Komunikasi ini bisa berupa memo, buku pedoman, perintah, teguran, pujian.” (Wursanto, 2003, p.162).
Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relative mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang atau bagian lain dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin dan rencana-rencananya.
5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
“Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang berlangsung dari suatu organisasi yang lebih rendah dengan satuan organisasi yang lebih tinggi. Komunikasi ini bisa berupa laporan, keluhan, pendapat dan saran.” (Wursanto, 2003, p.162) .
Anggota di setiap tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan anggota di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Anggota di semua tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah dan menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Iklim Komunikasi Organisasi


Definisi dari iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Faules, iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi. Iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi  mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi di dalam organisasi. (Pace & Faules, 2006, p.147)
Menurut Redding, iklim komunikasi organisasi sebagai fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan member mereka kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberikan mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dan terus terang dsri anggota organisasi serta aktif member penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan organisasi dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan member tantangan. (Pace & Faules, 2006, p.154)
Dennis mengemukakan, “Iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi.” (Muhammad, 2004, p.86).
Tokoh lain yaitu Zelko dan Dance (1975) juga memberikan definisi, “Ilmu komunikasi organisasi adalah yaitu sistem independen yang meliputi komunikasi internal dan komunikasi eksternal di dalam organisasi.” (Poole & McPhee, 2001, p.196) Komunikasi internal yaitu komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah dan komunikasi secara horizontal dalam tatanan susunan struktur organisasi.
Sedangkan komunikasi eksternal adalah promosi, iklan, praktek-praktek Public Relations dan praktek-praktek sales. Dari beberapa definisi yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi organisasi ialah kondisi dan keadaan komunikasi yang dilakukan secara internal dan persepsi tentang pesan dan peristiwa yang terjadi di dalam organisasi yang mempengaruhi tingkah laku dan sikap dari anggota organisasi tersebut.
Iklim komunikasi organisasi di dalam organisasi itu penting karena iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup meliputi: kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. (Pace & Faules, 2006)
Guzley (1992) menyatakan: keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif untuk meningkatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemagat, untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi dan operasinya, semuanya ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi. Iklim yang negatif dapat benar-benar merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. (Pace & Faules, 2006, p.155)
Di sisi lain, dikatakan bahwa iklim organisasi berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat itu. “Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relative langgeng pada organisasi”. (Falcione et al, 1987, p.198,203). (Pace & Faules, 2006, p.148) Dilihat dari definisi yang ada, maka jelas terlihat bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan hal yang harus dipikirkan dan tidak boleh dianggap remeh. Hal ini didukung oleh pernyataan Reeding (1972) yang mengatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada ketrampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. (Pace & Faules, 2006)
Alasan lain yang mendukung pentingnya iklim komunikasi organisasi adalah karena dengan adanya iklim komunikasi yang baik, nyaman dan positif, maka hal ini dipercaya akan meningkatkan motivasi kerja dari para anggota organisasi atau karyawan perusahaan, seperti yang dikatakan Pace dan Faules bahwa iklim komunikasi memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi untuk berorganisasi. Sehingga mereka dapat menyimpulkan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan masa kerja dalam mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi. (Pace & Faules, 2006)
Dari berbagai pernyataan Pace dan Faules di atas, dapat ditarik pengertian bahwa yang dimaksud dengan motivasi menurut Pace dan Faules di sini adalah berhubungan dengan apa yang mendorong seorang karyawan untuk mencurahkan segala usaha dalam melakukan pekerjaannya dan apa yang mendorong karyawan untuk mengikatkan diri dan meningkatkan komitmen mereka pada perusahaan, dimana hal itu akan memacu semangat dan motivasi kerja mereka untuk terus melakukan yang terbaik bagi perusahaan. “Pegawai yang mengalami pertumbuhan komitmen akan menjadi termotivasi untuk melakukan lebih banyak lagi bagi perusahaan.” (Pace & Faules, 2006, p.133). Jadi iklim komunikasi memiliki peran yang penting dalam mendorong dan memicu timbulnya motivasi kerja yang kuat bagi karyawan perusahaan. Perusahaan yang mempertahankan iklim komunikasi terbuka akan mendorong keterusterangan dan kejujuran sehingga karyawan merasa bebas untuk mengakui kesalahannya, untuk tidak setuju dengan atasan dan menyatakan pendapatnya. “Iklim komunikasi dalam organisasi mempengaruhi jumlah dan mutu informasi yang disampaikan melalui saluran komunikasi.” (Bovee dan Thill, 2002, p.23). Jika iklim komunikasi di dalam perusahaan tempat ia bekerja baik dan positif, maka karyawan tersebut cenderung akan memiliki motivasi dan komitmen kerja yang kuat terhadap perusahaan tersebut.

Definisi komunikasi organisasi


Definisi dari komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu definisi fungsional dan definisi interpretif. “Secara fungsional, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit- unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatuorganisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan:. (Pace & Faules, 2006, p.31)
Kemudian di sisi lain, “Secara interpretif, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi: ia adalah organisasi. Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi”. (Pace & Faules, 2006, p.33)
Dari pemaparan definisi di atas, maka penelitian menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah sebuah bentuk interaksi yang terjadi di antara anggota organisasi, dimana di dalam proses komunikasi tersebut terjadi pemaknaan sebagai hasil dari interaksi.

Komunikasi Intrapersonal Pada Perspektif Psikologi Komunikasi


Komunikasi pribadi / intrapersonal adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan (Effendy, 2003:57). Dalam hal ini dia akan berbicara pada dirinya sendiri, dan berdialog dengan dirinya sendiri. Seorang blogger seringkali berkomunikasi dengan dirinya sendiri direalisasikan dengan tulisan yang ditujukan kepada dirinya sendiri.
Menurut Ronald L. Applbaum mendefinisikan komunikasi intrapersonal sebagai:
”Communication that takes place within us; it includes the act of talking to ourselves and the act of observing and attaching meaning (intellectual and emotional) to our environment”. (Komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita; ia meliputi kegiatan berbicara kepada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita) (Effendy,2003:58).
Seperti yang dikatakan Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, Komunikasi intrapersonal merupakan suatu proses bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkannya kembali (Rakhmat, 2003:49).
Adapun proses-proses yang menyertai terjadinya komunikasi intrapersonal adalah sebagai berikut :
Proses penenerimaan informasi
·         Sensasi menurut Benyamin B. Wolman, merupakan pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera (Rakhmat, 2003:49). Tahapan paling mendasar dari proses menerima informasi, yang sangat mengandalkan alat kemampuan alat indera.
·         Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan (Rakhmat, 2003:51). Bagaimana kita memaknai masukan-masukan yang masuk dalam diri kita melalui sensasi, menurut apa yang kita ketahuidan kita inginkan.
·         Perhatian menurut keneth E. Andersen, adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2003:52). Perhatian dalam diri kita akan terjadi jika kita dapat mengkonsentrasikan diri pada salah satu indera kita yang digunakan, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian:
a.         Gerakan, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
b.        Intensitas Stimuli, kita akan memperhatikan stimuli yang paling menonjol menurut alat indera yang kita gunakan.
c.         Kebaruan, hal-hal yang baru, luar biasa, dan berbeda akan menarik perhatian.
d.        Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian.
Faktor Internal Penarik Perhatian:
a.         Faktor-faktor biologis,
b.        Faktor-faktor Sosiopsikologis,
c.         Motif sosiogenesis, sikap, kebiasaan dan kemauan, mempengaruhi yang kita perhatikan.

G. Wiseman dan L. Barker menjelaskan, proses kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang digerakkan oleh perangsang internal dan eksternal. Perangsang internal menunjukkan situasi psikologis dan fisiologis, sedangkan perangsang eksternal datang dari lingkungan sekitar (Effendy, 2003:58). Dalam aplikasinya, kode etik yang merupakan rangsangan eksternal masuk ke dalam pikiran wartawan dalam bentuk lambang-lambang, dan kemudian diubah kembali menjadi lambang-lambang yang dapat dimengerti pikiran wartawan Selanjutnya terdapat tahap yang mengikuti, seperti tahap ideasi (pemikiran), disini lambang-lambang yang masuk tadi dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman terdahulu. Kemudian masuk pada tahap inkubasi, dimana rumusan pesan hasil dari tahap ideasi diubah menjadi kata atau kial yang bermakna. Dan pada tahap transmisi yang terakhir, lambang-lambang kata dan kial yang telah di inkubasi dipancarkan secara fisik dalam bentuk ucapan, tulisan, perilaku, dan sikap.


Pengertian Komunikasi Intrapersonal


Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau dengan kata lain seorang individu yang sedang berkomunikasi dengan dirinya sendiri (Wilmot & Wenburg, 1974 : 11). Komunikasi intrapersonal berfokus pada karakteristik pengolahan informasi (termasuk penggunaan bahasa) dari individu peserta dalam peristiwa komunikasi (Hanneman, 1975 : 33) ” apabila seseorang memberikan arti kepada pesan terpisah dari kehadiran seorang lain (Mortensen, 1972 : 19). Pengolahan informasi (yakni data atau fakta atau stimuli) bersifat internal bagi individu. Dan pentingnya makna pesan (atau stimuli apapun, dalam hal ini) juga bersifat internal, yakni diberikan oleh individu yang menggunakan filter atau perangkat konseptualnya.
Dalam perspektif psikologis tingkat intrapersonal komunikasi manusia amat menentukan peristiwa komunikatif dan merupakan tingkat komunikasi yang paling penting. Penyandian, pengalihan sandi stimuli, pesan, respons, semuanya merupakan aktivitas komunikatif menurut perspektif psikologis yang terjadi dalam diri individu. Perspektif semacam ini secara langsung membawa pada keyakinan yang bahwa ”Pada akhirnya semua komunikasi dapat diberi nama intrapersonal” (Wilmot & Wenberg, 1974 : 11).
Lalu sejauhmana proses komunikasi intrapersonal berarti bagi komunikasi manusia? Dalam perspektif psikologis, proses ini sangat penting sekali. Mortensen (1974) mengemukakan bahwa komunikator itu dapat ditinjau dari segi orientasinya yaitu dengan melihat pada dirinya sendiri (self directed), melihat pada orang lain (other directed), dan kooerientasi (yakni berorientasi yang sama baik kepada diri sendiri maupun orang lain sehingga menjadi kesatuan yang ketiga). Dalam mengulas orientasi yang mengarah pada diri sendiri, Mortensen menyatakan komunikatornya unik, terintegrasi, konsisten dan aktif. Setiap individu yang berkomunikasi secara aktif terlibat dalam banyak introspeksi diri dalam proses menghubungkan dirinya dengan orang- orang lain dan dengan dunia sekelilingnya.
Bersamaan dengan adanya penekanan pada tingkat intrapersonal komunikasi dan pada apa yang sedang berlangsung di dalan diri orang yang bersangkuan adalah konseptualisasi atas manusia sebagai pengolah informasi yang sangat canggih. Bilamana lokus komunikasi manusia itu terdapat dalam diri individu, tingkat intrapersonal komunikasi sebenarnya menjadi sangat kuasa. Hal penting lainnya adalah filter konseptual, Yaitu bagaimana diperolehnya, bagaimana mengolah data penginderaan, bagaimana diubahnya, bagaimana memengaruhi respon perilaku, bagaimana memberikan makna, dan seterusnya.
Studi komunikasi manusia secara sentral menjadi studi tentang proses intrapersonal yang meliputi: sikap, kognisi, persepsi, dan semacamnya. Keunikan dan keaktifan individu menyebabkan variabel perbedaan individual (misalnya kepribadian, latar belakang sosiokultural, dan seterusnya) menjadi sangat vital dalam melaksanakan penelitian fenomena komunikatif.

Fungsi dan Tujuan Komunikasi


Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu memahami lebih dulu tipe komunikasinya. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan. Melalui komunikasi dengan diri sendiri, orang akan dapat berpiir dan mengendalikan diri bahwa apa yang diinginkan mungkin saja tidak menyenangkan orang lai, .jadi komunikasi dengan diri sendiri dapat meningkatkan kematangan berpikir sebelum menarik keputusan. Ini merupakan proses internal yang dapat membantu dalam menyelesaikan suatu masalah.
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insane (human relations), menghindari dan mengatasi konflik konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat.
Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, member informasi, mendidik dan menghibur. Komunkasi massa, berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekoomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Tetapi dengan perkembangan teknologi komuniaksi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media pandang dengar (audiovisual), menyebabkan fungsi media massa elah mengalami banyak perubahan.
Adapun fungsi komunikasi secara umum adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertaint)
4. Mempengaruhi (to influence)
Sedangkan tujuan komunikasi terbagi menjadi empat, yaitu:
1.        Mengubah sikap (to change the attitude)
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, dalam pembahasan fungsi komunikasi, adalah mempengaruhi seseorang. Tahap selanjutnya setelah seseorang terpengaruh ia akan merubah sikapnya. Inilah salah satu tujuan komunikasi. Mengubah sikap seseorang menjadi suatu sikap yang diharapkan oleh si pemberi informasi.
2.        Mengubah opini / pendapat / pandangan ( to change the opinion )
Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah pendapat atau opini seseorang sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak tertentu.
3.        Mengubah perilaku ( to change the behaviour )
Mengubah perilaku seseorang sesuai dengan informasi yang telah diberikan sehingga berperilaku sesuai yang diharapkan oleh si pemberi informasi.
4.        Mengubah masyarakat ( to change the society )
Apabila dalam point di atas perilaku dititikberatkan lebih kepada individu, dalam point ini, perubahan dititikberatkan pada suatu kelompok yang bersifat lebih dari satu, bahkan lebih dari dua. Sehingga perubahan terjadi secara masal ( Effendy , 2003 : 55 ).

Proses Komunikasi


Laswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analysis yakni penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan media lainnya (media analysis) yakni penyelidikan mengenai pesan (content analysis), komunikan (audience analysis) yakni studi khusus tentang penerima pesan, effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. (Effendy, 2004:10) .
Adapun berdasarkan konteks dan tingkatan analisisnya, proses komunikasi dapat dibagi menjadi lima :
1.      Intra personal communication ( Komunikasi dalam diri pribadi ),
yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Fokusnya adalah pada bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya. Umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbol-simbol yang ditangkap melalui pancainderanya.
2.      Interpersonal communication ( Komunikasi antar pribadi ),
yaitu komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (non-media) atau tidak langsung (media). Fokus teori ini adalah pada bentuk bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.
3.      Komunikasi kelompok.
fokus pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi, namun pembahasannya berkaitan dengan dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi serta pembuatan keputusan.
4.      Komunikasi Organisasi.
mengarah pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal. Pembahasan teori ini menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasiannya serta budaya organisasi.
5.      Komunikasi massa.
yaitu komunikasi melalui media massa yang ditujukan pada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi melibatkan keempat teori sebelumnya. Teori ini secara umum memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak komunikasi massa terhadap individu.
Definisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitter (Rakhmat, 2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).

Pengertian Komunikasi


Kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama,” juga terkait dengan kata comminico, communicatio, atau commicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip (Mulyana, 2001:41).
Jadi, apabila ada dua orang yang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Mengerti bahasa saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dibicarakan.
Selain komunikatif kegiatan komunikasi juga haruslah persuasive, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan dalam melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.
Menurut Carl I Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Jadi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang sangat penting.
Hovland dalam Effendy mengatakan bahwa “komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals)”. (Effendy, 2004:10)
Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi memiliki lima unsur, seperti yang dijelaskan pada paradigma Lasswell dibawah ini:
1.        Komunikator (communicator, source, sender)
2.        Pesan (message)
3.        Media (channel ,media)
4.        Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
5.        Efek (effect, impact, influence).